Tugas Terstruktur 10

 Analisis Kasus Implementasi Produksi Berkelanjutan

A. Profil Perusahaan dan Latar Belakang

Nama Perusahaan: Unilever
Sektor Industri: Manufaktur barang konsumsi (FMCG)
Produk Utama: Produk makanan dan minuman, perawatan pribadi, serta kebutuhan rumah tangga (misalnya Lifebuoy, Sunsilk, Dove, Rin, Royco).

Unilever merupakan perusahaan multinasional yang beroperasi di lebih dari 190 negara dan memiliki pengaruh besar terhadap rantai pasok global. Motivasi utama Unilever dalam mengadopsi strategi Produksi Berkelanjutan berasal dari beberapa faktor, yaitu meningkatnya tekanan konsumen terhadap produk ramah lingkungan, risiko lingkungan pada rantai pasok (air, energi, bahan baku), serta kesadaran bahwa keberlanjutan dapat meningkatkan efisiensi biaya dan memperkuat citra merek dalam jangka panjang. Strategi keberlanjutan Unilever juga berfungsi sebagai upaya mitigasi risiko bisnis dan penciptaan nilai berkelanjutan.

 

B. Strategi Keberlanjutan yang Digunakan

Salah satu strategi inti Unilever adalah penerapan Life Cycle Thinking dalam desain produk dan pengelolaan rantai pasok. Unilever tidak hanya fokus pada proses produksi di pabrik, tetapi juga mempertimbangkan dampak lingkungan dari tahap hulu (bahan baku pertanian) hingga tahap hilir (penggunaan dan pembuangan produk oleh konsumen). Pendekatan ini sejalan dengan konsep Sustainable Consumption and Production (SCP) yang menekankan efisiensi sumber daya sepanjang siklus hidup produk.

Strategi kedua adalah adopsi Ekonomi Sirkular, khususnya pada aspek kemasan. Unilever berkomitmen untuk mengurangi penggunaan plastik virgin, meningkatkan penggunaan plastik daur ulang, serta merancang kemasan agar dapat digunakan kembali atau didaur ulang. Program take-back dan inovasi kemasan isi ulang (refill) merupakan bagian dari upaya ini. Strategi ini bertujuan untuk menekan limbah plastik sekaligus mendukung pola konsumsi yang lebih berkelanjutan.

Selain itu, Unilever juga melakukan transisi energi dengan meningkatkan penggunaan energi terbarukan di fasilitas produksinya dan meningkatkan efisiensi energi per unit produk. Hal ini mendukung target penurunan emisi gas rumah kaca dan memperkuat komitmen perusahaan terhadap mitigasi perubahan iklim.

 

C. Indikator Keberlanjutan (Triple Bottom Line)

Dari dimensi lingkungan (Planet), Unilever melaporkan penurunan intensitas emisi karbon di pabrik-pabriknya serta peningkatan efisiensi penggunaan air. Banyak fasilitas produksi Unilever telah mencapai status zero waste to landfill, di mana limbah produksi tidak lagi dibuang ke tempat pembuangan akhir, melainkan didaur ulang atau dimanfaatkan kembali. Penggunaan bahan baku pertanian berkelanjutan juga menjadi indikator penting dalam menurunkan dampak lingkungan di rantai pasok.

Pada dimensi ekonomi (Profit), strategi keberlanjutan Unilever berdampak positif terhadap kinerja finansial. Efisiensi energi dan air menghasilkan penghematan biaya operasional, sementara produk-produk dengan klaim keberlanjutan menunjukkan pertumbuhan penjualan yang lebih cepat dibandingkan produk konvensional. Keberlanjutan juga memperkuat daya saing merek Unilever di pasar global.

Dari sisi sosial (People), Unilever menerapkan standar keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang ketat, termasuk pemantauan tingkat kecelakaan kerja. Perusahaan juga mendorong prinsip fair wage di rantai pasok serta aktif dalam program pengembangan komunitas, seperti peningkatan kesejahteraan petani kecil dan pelatihan bagi pekerja. Program edukasi kebersihan dan kesehatan masyarakat juga menjadi bagian dari kontribusi sosial Unilever.

 

D. Dampak dan Evaluasi Hasil

Dampak positif paling signifikan dari implementasi Produksi Berkelanjutan di Unilever adalah penurunan jejak lingkungan produk, khususnya dalam hal emisi, limbah, dan penggunaan sumber daya alam, serta peningkatan kesejahteraan di sepanjang rantai pasok. Strategi ini juga membuktikan bahwa keberlanjutan dapat berjalan seiring dengan pertumbuhan bisnis.

Namun, Unilever menghadapi tantangan besar dalam mengendalikan dampak lingkungan di seluruh rantai pasok global, terutama pada tahap penggunaan produk oleh konsumen dan pengelolaan limbah kemasan di negara berkembang yang infrastruktur daur ulangnya masih terbatas.

Secara evaluatif, strategi keberlanjutan Unilever dapat dinilai cukup efektif dan progresif, karena telah terintegrasi ke dalam model bisnis inti, bukan sekadar aktivitas CSR. Meskipun demikian, pencapaian keberlanjutan yang benar-benar menyeluruh masih membutuhkan kolaborasi lintas sektor, perubahan perilaku konsumen, serta dukungan kebijakan publik. Dengan pendekatan yang konsisten dan berbasis data, Unilever menunjukkan bahwa Produksi Berkelanjutan merupakan strategi bisnis yang realistis dan berorientasi jangka panjang.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merenungi Tantangan: Insinyur Industri di Era Produksi Berkelanjutan

Tugas Kelompok

Tugas Terstruktur 01