Tugas Mandiri 03

Judul Video: Explaining the Circular Economy and How Society Can Re-Think Progress

Sumber/Platform: YouTube

Durasi Video: ± 3-4 menit (versi animasi) 

Organisasi Pengunggah/Pembicara: Ellen MacArthur Foundation

 

Video tersebut mengajak kita untuk melihat kembali bagaimana sistem ekonomi saat ini bekerja dari pola “ambil-buat-buang” (take-make-waste) menuju model yang lebih regeneratif dan sirkular. Dalam penjelasannya, Ellen MacArthur Foundation menyoroti bahwa produk dan material seharusnya dirancang agar terus berputar dalam sistem ekonomi — melalui perbaikan, daur ulang, pemanfaatan ulang — dan bahwa energi yang digunakan harus bersih dan terbarukan. Model ini bukan hanya soal mengelola limbah, tetapi mengubah bagaimana kita membuatmenggunakan, dan mengulang material. Dengan demikian, ekonomi sirkular mempertemukan tujuan lingkungan, sosial, dan ekonomi dalam satu kerangka solusi sistemik.

 

Beberapa wawasan penting yang saya peroleh dari video ini:

  • Desain sebagai titik awal perubahan: Video ini menekankan bahwa untuk menghasilkan ekonomi yang sirkular, kita harus mulai dari bagaimana produk dan sistem dirancang — bukan hanya akhirnya. Dengan mendesain agar produk tahan lama, mudah diperbaiki, dan dapat kembali ke sistem sebagai bahan baku, kita mengurangi limbah dan memaksimalkan nilai material.
  • Material terus beredar, bukan dibuang: Prinsip utama yakni menjaga produk dan material “bermutasi” dalam ekonomi tetap dalam sirkulasi sehingga nilai ekonomi, sosial, dan lingkungan tetap optimal. Hal ini sejalan dengan definisi ekonomi sirkular yang menyebut bahwa produk/material harus tetap dalam pakai atau sirkulasi di tingkat tertinggi nilainya.
  • Regenerasi alam sebagai bagian inti: Ekonomi sirkular bukan hanya soal efisiensi, tetapi soal bagaimana sistem produksi dan konsumsi mendukung regenerasi alam — misalnya melalui energi terbarukan, pengurangan polusi, dan penggunaan material yang tidak habis. Kerangka ini menunjukkan bahwa keberlanjutan sejati membutuhkan transformasi sistemik, bukan hanya perubahan kecil di pinggiran.

            Dengan memahami tiga wawasan ini, saya jadi melihat bahwa ekonomi sirkular bukan “tambahan” dari ekonomi linear, tetapi benar-benar paradigma baru yang menantang cara kita berpikir produksi, konsumsi, dan nilai.

Menonton video ini membuat saya menyadari bahwa sebagai individu maupun calon profesional di masa depan, saya punya peran meskipun kecil dalam mendorong perubahan yang lebih besar. Pelajaran yang paling berharga adalah bahwa perubahan besar seringkali bermula dari desain kecil: keputusan memilih bahan, memilih model bisnis, memilih penggunaan ulang atau daur ulang.

Dalam konteks Indonesia, saya melihat peluang besar untuk menerapkan prinsip-prinsip ini. Misalnya di industri manufaktur di Jawa Barat atau Jawa Timur, bisa mulai dengan mendesain produk agar mudah dibongkar dan didaur ulang, membangun kemitraan antar-perusahaan untuk saling memanfaatkan limbah atau sisa produksi (industrial symbiosis), serta mendukung kebijakan energi terbarukan di kawasan industri. Dengan demikian, industri lokal bisa lebih tangguh, ramah lingkungan, dan kompetitif di pasar global.

Untuk bidang studi dan profesi saya, nilai yang bisa saya ambil adalah inovasi berkelanjutan dan tanggung jawab ekologis. Bukan sekedar memenuhi target produksi atau efisiensi, tapi bagaimana proses produksi saya di masa depan dapat membantu materi tetap dalam sirkulasi, meminimalkan limbah, dan mendukung lingkungan. Refleksi ini membuka pandangan bahwa masa depan bukan hanya soal “lebih banyak produksi”, tetapi “produksi yang lebih bijaksana”.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merenungi Tantangan: Insinyur Industri di Era Produksi Berkelanjutan

Tugas Kelompok

Tugas Mandiri 01